Total Tayangan Halaman

Minggu, 13 Maret 2016

Gunung Lawu (3265 mbpl)


via akuntomountain.wordpress.com
Info Gunung Lawu - Baru-baru ini gunung Lawu sedang naik daun karena menjadi pemberitaan di banyak media. Bukan karena keindahan alam, bukan pula karena kesan mistisnya, namun karena kecelakaan hilangnya tujuh orang pendaki remaja saat tengah mendaki gunung ini. Alhamdulillah kabar terakhir yang penulis dapat, mereka telah ditemukan oleh petugas penyelamat, dan akan segera dievakuasi ke kaki gunung ini. Belakangan memang banyak terjadi kecelakaan-kecelakaan semacam ini, dimana harus kita petik pelajarannya agar kita menjadi lebih waspada saat hendak berkegiatan di alam bebas.
Kita sudahi bahasan soal pendaki hilang, karena kali ini penulis akan membagikan sedikit informasi mengenai gunung indah setinggi 3.265 mdpl ini kepada kamu-kamu semua para pecinta dunia pendakian. Gunung Lawu merupakan salah satu gunung favorit para pendaki Indonesia, salah satu alasanya antara lain, gunung ini merupakan salah satu gunung tertinggi yang ada di Pulau Jawa. Gunung ini berada di peringkat ke 6 dari daftar 7 gunung tertinggi di Pulau Jawa. Selain karena ketinggiannya, gunung ini juga punya pemandangan alam yang sangat mempesona, ada banyak spot-spot menarik yang bisa kamu nikmati saat sedang mendaki gunung Lawu.

Lokasi

Lawu terletak persis di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepatnya diantara 2 Kabupaten, yakni Karanganyar dan Magetan. Disekitar gunung ini terdapat banyak tujuan wisata, seperti Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Selain itu, ada banyak juga situs-situs bersejarah terdapat di kaki gunung ini, antara lain Candi Sukuh dan Candi Cetho, ada juga komplek pemakaman kerabat Raja-raja Jawa jaman dahulu kala.

Spot Menarik

Banyak sekali spot menarik yang bisa kamu nikmati saat mendaki gunung Lawu, mengingat gunung ini merupakan salah satu gunung sakral yang punya banyak situs-situs bersejarah. Jika lewat Cetho, kamu bakal bertemu banyak candi-candi cantik saat hendak memulai pendakian, antara lain Candi Cetho, Sukuh, dan Kethek. Ada juga savana bernama bulak peperangan yang sangat indah untuk dipandang mata. Jika lewat Cemoro Kandhang ada kawah Condrodimuko, Telaga kuning, dan Hargo Dalem. Ada juga warung mbok Yem yang sangat populer di kalangan para pendaki, dan masih banyak lagi spot-spot menarik lainnya yang bisa kami nikmati di gunung nan indah ini, pokoknya dijamin ngga bakalan nyesel deh kalo kamu udah mendaki gunung Lawu ini.

Gunung Sumbing (3.371 mbpl)

from summitmountain.wordpress.com
Info Gunung Sumbing - Sindoro dan Sumbing yang letaknya sangat berdekatan, membentuk lanskap pemandangan indah gunung kembar yang populer sebagai model lukisan sederhana ala anak-anak. Kedua gunung ini menjulang tinggi di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah, keduanya sering dijadikan destinasi pendakian para pendaki Gunung dari seluruh Indonesia. Kali ini, kami bakal menyajikan informasi tentang salah satu dari kedua gunung kembar ini, yakni Gunung Sumbing yang punya ketinggian lebih menjulang. Informasi yang akan dibahas di sini berupa gambaran singkat Gunung Sumbing, Informasi pendakian berupa jalur dan spot-spot menarik, serta tips-tips yang bisa diterapkan jika kamu ingin mendaki gunung ini.

Lokasi

from infopendaki.com

Gunung Sumbing berada di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya masuk wilayah 3 Kabupaten, yakni Magelang, Wonosobo, dan Temanggung. Celah antara Gunung Sumbing dan Sindoro dilewati jalan yang menghubungkan Wonosobo dan Temanggung, yang terkenal dengan sebutan Kledung Pass. Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah, ketinggiannya hanya kalah dari Gunung Slamet.

Spot Menarik

Jika kamu mendaki gunung Sumbing, ada banyak sekali spot-spot menarik dan momen-momen yang bisa kamu temui di gunung indah ini. Berikut ini beberapa diantara spot dan momen menarik yang bisa kamu nikmati.

Sunrise

Seperti di kebanyakan gunung-gunung tinggi, momen sunrise tentunya selalu memiliki nila spesial, tak terkecuali di Gunung Sumbing. Munculnya matahari saat pagi menjelang akan memberikan warna-warna indah di langit gunung Sumbing, belum lagi ada lautan awan yang menambah indah pemandangan, pokoknya poll banget lah buat kamu nikmati bersama secangkir kopi.

from theclumsyduck.wordpress.com

Kawah

Gunung Sumbing merupakan gunung api aktif bertipe stratovolcano, tak heran di puncaknya terdapat kawah indah yang bisa kamu kunjungi. Tak ada data yang jelas kapan terakhir gunung ini meletus, namun dewasa ini, Gunung Sumbing nampaknya sedang sedikit tertidur, sehingga kawahnya pun tak terlalu menunjukkan aktivitas yang membahayakan. Dengan kondisi ini, kamu bisa mengunjungi langsung pasir yang ada di kawah ini, untuk sekedar berfoto atau mengagumi keindahan alam. Kawah Sumbing juga punya panorama alam yang indah, karena dikelilingi tebing batu yang sangat mempesona.
from dewa arya

View Gunung Sindoro

Karena posisinya yang sangat berdekatan, wajar jika pemandangan Gunung Sindoro telihat jelas dari Gunung Sumbing. Sindoro yang gagah perkasa berdiri tegak di seberang, menampakkan pemandangan super mewah selama kamu melakukan pendakian.

from @ulfawidyaaa

Puncak

Puncak Buntu (3.362 mdpl)

from pecintaalam.org

Puncak Sejati (3.371 mdpl)

from @fajarjwntr

Jalur Pendakian

Ada banyak sekali pilihan jalur untuk mendaki Gunung Sumbing, dengan yang paling populer dan sering digunakan para pendaki adalah via Garung. Kamu bebas memilih jalur mana yang akan kamu gunakan, setiap jalur memiliki karakteristik dan keindahan tersendiri. Jika baru pertama kali mendaki gunung ini, dengan tidak ditemani teman atau guide yang sudah pernah mendaki gunung ini, disarankan untuk memilih jalur yang ramai digunakan dan cukup populer, agar resiko tersesat bisa diminimalisir.

Garung (Wonosobo)

Garung merupakan nama sebuah desa yang terletak di sisi utara kaki gunung Sumbing. Jalur ini merupakan jalur paling populer yang sudah sejak dahulu digunakan para pendaki yang datang ke Gunung Sumbing. Tak jauh dari sini, bisa ditemukan basecamp pendakian untuk Gunung Sindoro, sehingga jalur ini sangat cocok digunakan untuk kamu yang berniat mendaki Sindoro Sumbing secara berurutan. Jalur Garung punya 2 rute yang bisa dilewati, yakni lewat jalur lama dan jalur baru, sekarang ini kebanyakan pendaki lebih memilih jalur baru.

from gunungsumbing.id
Total waktu perjalanan kurang lebih 8-9 jam tergantung speed mendakimu, rincian pembagian waktunya sebagai berikut :
Basecamp menuju Pos 1 Malim kurang lebih sejam
Pos 2 ke Pos 2 Gatakan kurang lebih 3 jam
Pos 3 menuju Pestan kurang lebih 15 menit
Pestan ke Watu Kotak kurang lebih 1 stengah jam
Watu Kotak menuju Puncak Buntu/Kawah kurang lebih 2 jam
 
Referensi : Bluetripper

Gunung Burangrang (2.064 mdpl)


Gunung Burangrang merupakan satu rangkaian dari pegununungan Sunda (Gunung Sunda Purba yang meletus dan membentuk beberapa gunung) yang mengelilingi kota Bandung di sebelah barat laut dan berbatasan langsung dengan Purwakarta dan Subang. Gunung ini dapat terlihat dari Tol Cipularang + Km 100 dan terlihat juga ketika kita menuju arah utara dari arah kawasan Wisata Geopark Stone Garden Padalarang.

Sekilas jika kita melihat bentuk dan kondisi  dari gunung ini seperti melihat Gunung Salak yang rimbun dan lebat tertutup pohon serta terkadang tertutup kabut dipuncaknya dengan ketinggian yang tidak jauh berbeda diantara keduanya, itu gambaran saya ketika melihat sekilas tentang Gunung Burangrang.

Jalur Pendakian

Gunung Burangrang memiliki 3 Jalur Pendakian yaitu Legok Haji, Pos Komando, dan Pangheotan, dimana masing-masing jalur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Jalur pendakian yang saya lewati adalah jalur Legok Haji yang notabene jalur tercepat untuk menuju puncak Gunung Burangrang. Jalur Legok Haji ini adalah jalur ngetrek istilahnya, maksudnya mungkin jalur cepat jadi wajar kalau disepanjang jalur akan berjumpa tanjakan terjal yang bisa dibilang jidat ketemu lutut dan tidak ada jalur landainya.

Jalur komando memiliki medan yang bervariasi, relatif landai, terkadang naik dan turun. Jika kita melalui jalur ini, kita akan melewati areal latihan medan untuk Kopassus sehingga kita harus mengetahui informasi jadwal latihan para tentara dan jika kita mendaki disaat mereka latihan biasanya tidak akan diberi izin untuk melanjutkan pendakian.

Ada alternatif bila kita tidak bisa masuk lewat jalur komando, ambillah jalur yang melalui pesantren yang jaraknya tidak jauh dari gerbang komando (saya diberitahukan teman yang melalui jalur komando lewat pesantren), oh iya jalur komando ini juga bisa menembus langsung ke jalur pendakiannya gunung  tangkuban perahu dan juga ranukumbolonya jawa barat yaitu situ lembang  tapi sayang untuk situ lembangnya ini tidak sembarangan orang bisa datang ke situ/danau lembang, bisa dikatakan situ lembang terlarang untuk dikunjungi oleh warga karena sesungguhnya tempat ini adalah areal latihan para tentara Kopassus.

Jalur terakhir adalah pangheotan, tapi saya tidak mengetahui persis jalur ini seperti apa tapi yang saya tau, jalur pangheotan ini adalah jalur terlama untuk mencapai puncak burangrang dikarenakan jalur ini melewati beberapa puncakan selain puncak burangrang, tapi walaupun lama pemandangan di jalur ini tidak kalah indah karena katanya melewati sebuah situ/danau dan letak jalur pangheotan ini ada di daerah Kecamatan Cikalong Wetan Purwakarta.

Perjalanan Pendakian

Perjalanan saya untuk mendaki  Gunung Burangrang dimulai dengan perjalanan dengan mobil Pribadi  dari Kota Bekasi menuju Kota Bandung melalui Jalan Tol Cikampek dan langsung memasuki Jalan Tol Cipularang dan exit melalui GT Padalarang yang menuju Cianjur dikarenakan ingin mengunjungi kekayaan alam Bandung di sekitar Padalarang (mungkin untuk teman yang lain bisa keluar di GT Baros/Cimahi/Leuwi Gajah). Dari Padalarang, saya melanjutkan perjalanan menuju Gunung Burangrang yang terletak di Kecamatan Cisarua Kota Cimahi ini  melalui jalan Raya Padalarang- Jl. Kol. Masturi – Sekolah Polisi Negara (SPN) Cisarua – Desa Pasir Langu (Dari Gerbang SPN ada jalan menuju pasir langu).

Sesampai di  kampung terakhir desa Pasir Langu, saya bersilaturahmi ke rumah RT setempat yang terletak persis di kaki Gunung Burangrang, menulis biodata diri dan anggota untuk pendakian serta mengisi persediaan air.

Pendakian saya dimulai sehabis Adzan Isya sekitar jam 7an malam, start dari rumah pak RT melalui jalan setapak disamping rumah beliau dan menuruni sisi perkebunan yang terletak  dibelakang rumah beliau, sampai di jalan yang sudah dibeton saya bertanya kepada warga dan harus mengambil jalan ke kiri memutari kebun yang berada di depan saya, kurang lebih 100m saya mendapati sebuah warung yang terlihat  seperti gubug dan disebelah gubug tersebut terdapat jalur kecil menanjak untuk masuk ke jalur pendakian burangrang, terlihat pula ada papan kayu dengan tanda panah dan tulisan “Puncak Burangrang”, dengan penuh semangat saya melanjutkan perjalanan dengan tim yang berjumlah 7 orang melalui jalur tersebut. Saya melihat di sisi kanan dan kiri terdapat Tanaman sayur dan buah milik warga tapi karena gelap dan hanya mengandalkan Lampu dari senter dan headlamp saya terperosok ke sisi jalur sedalam 30 centimeter dan disaat itu saya baru menyadari bahwa perkebunan warga sudah digantikan dengan keberadaan makam warga setempat di kiri dan kanan jalur dan tidak jauh dari pos Tanah Mati  itu ada area camping ground dengan berlatar belakang pohon pinus dan perkebunan warga tersebar sampai sebelum Pintu Rimba.

Perjalanan saya dilanjutkan dengan terlebih dahulu bertanya kepada teman pendaki yang mendirikan tenda disekitaran pos tanah mati, kemudian saya terus berjalan mengikuti jalur yang disisi kiri dan kanannya ilalang dan terkadang ada jalan setapak yang di sisi sebelah kanan dan kirinya ada perkebunan warga. Jalur dari Pos Tanah Mati ini terlihat jelas sampai di lereng sebelum pintu rimba walaupun malam hari karena sering dilalui pendaki yang menuju ke puncak dan warga yang mencari kayu bakar, saya menikmati  jalur yang dilewati dan kebetulan saat itu malam harinya terang bulan jadi sedikit terbantu untuk melihat jalur didepan.

Sebelum memasuki pintu rimba saya sempat mengalami salah jalur, dan ketika dirasakan salah jalur (jalan semakin miring sekitar 30 derajat) disitu saya dan tim coba berorientasi jalur hingga akhirnya kembali ke jalur yang tepat.

Waktu tempuh yang saya lalui dari Pos Tanah Mati sampai di pintu rimba Gunung Burangrang + 30 Menit. Memasuki Pintu rimba Hutan Gunung Burangrang  jalur semakin sempit yang hanya bisa dilalui 2 orang dengan tumbuhan perdu dan duri yang ada disisi kiri dan kanan jalur serta jalur mulai menanjak dengan kecuraman 30-70 derajat dan terkadang saya harus memegang akar pohon atau menyeberang antara satu akar ke akar pohon lain  untuk bisa melalui jalur tersebut karena ada beberapa titik dijalur itu tanahnya longsor jadi sangat disarankan bila melalui jalur ini menuju puncak burangrang di malam hari harus hati-hati dan tetap konsentrasi agar tidak terperosok ke longsoran tanah yang cukup dalam.

Perjalanan dari pintu rimba sampai di Pos 1 Gunung Burangrang cukup terjal dengan tanjakan yang membuat saya ingin putar balik turun ke area camping ground hihihihi….. jalur dari pintu rimba sampai Pos 1 tidak ada bonus jalur landai dan cukup membuat saya dan beberapa teman  ngos-ngosan melewatinya, dan teman saya berkata kalo jalur ini mirip dengan  jalur pendakian Gunung Cikuray yang kesohor dengan trek pendakian yang berupa akar dan  menanjak , terjal serta  tidak ada bonus landai dari  bawah sampai atas serta sajian pemandangannya dipuncaknya yang bisa saya bilang Juara untuk samudera awannya (saya belum pernah ke Gunung Cikuray) begitulah gambaran yang saya tentang  jalur pendakian burangrang ini.

Sampai di Pos 1 Gunung Burangrang saya sempat kaget karena saya kira saat bertemu pendaki di Pos 1 tersebut saya mengira area camping ground itu Pos 1 dan saya merasa jalan sudah jauh dan ternyata baru sampai Pos 1 Gunung Burangrang sesudah melewati Pintu Rimba sebelumnya dan akhirnya saya cukup lama beristirahat di Pos 1 untuk sekedar minum dan menikmati alunan suara dari alam Gunung Burangrang,  sungguh masih terjaga ekosistem di Gunung Burangrang ini. Waktu Tempuh dari Pintu Rimba sampai di Pos 1 Gunung Burangrang + 50 Menit (normalnya bisa sejam lebih).

Setelah beristirahat saya dan Tim melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 Gunung Burangrang. Sepanjang  jalur pos 1 menuju pos 2 kondisi  jalur masih sama seperti  jalur menuju pos 1 berupa akar yang terjal dan sempit serta dibeberapa titik harus agak melipir ke kiri atau ke kanan terkadang samar jalurnya ketika mendakinya malam hari. Jarak tempuh dari Pos 1 ke Pos 2 Gunung Burangrang agak pendek dengan  waktu tempuh sekitar + 40 Menit dan kembali saya beristirahat kembali untuk sekedar meregangkan otot kaki yang mulai kencang… oh iya di Pos 2 ini udara dingin mulai terasa dan angin khas pegunungan cukup untuk membuat saya tidak betah untuk berlama-lama beristirahat dan kembali perjalanan  dilanjutkan menuju pos 3 .

Jalur menuju pos 3 ini relatif nanjak tapi tidak seterjal dari pintu rimba ke pos 1 atau pos 1 ke pos 3 karena jalur di pos 2 menuju Pos 3 ini saya sudah ada di punggungan gunung jadi,  jalur tidak begitu terjal dan tidak harus lagi jidat ketemu lutut, tapi konsekuensi jalur di pos 2 menuju pos 3 ini jurang di kiri kanan jalur harus tetap teman-teman waspadai apalagi bila suasana malam hari harus lebih berkonsentrasi lagi untuk melihat jalur, sampai di pos 3 dengan waktu tempuh + 30 Menit dari pos 2 .

Saya kembali beristirahat sebentar untuk summit attack di Gunung Burangrang dan saya tidak betah berlama-lama untuk beristirahat dikarenakan kondisi di pos 3 mulai berkabut, dingin dan berangin. Tidak butuh waktu lama sekitar + 15 Menit dengan trek tanjakan akar seperti tangga yang cukup curam akhirnya saya sampai di puncak Burangrang di ketinggian 2050 mdpl. Panorama city light Kota Bandung serta Situ Lembang yang tertutup kabut tipis dapat terlihat di sisi puncak Gunung Burangrang.

Perizinan

Jalur Komando
Di pintu komando / perhutani

Jalur Legok Haji
Ketua RT di desa terakhir

Gunung Manglayang (1818 mdpl)


Gunung Manglayang terletak di Kabupaten Sumedang – Jawa Barat yang memiliki ketinggian 1818 mdpl. Gunung ini memiliki cukup banyak jalur pendakian, antara lain; melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda (Kab. Bandung), Palintang (Ujung Berung, Kab. Bandung), Baru Beureum/Manyeuh Beureum, Jatinangor. Pada kesempatan kali ini pendakian melalui jalur Barubereum.
Saat tiba di Kawasan Barubereum terdapat warung makan, untuk jalur pendakian mengikuti jalur berbatu ke arah kiri, sedangkan ke arah kanan yang melewati barisan warung adalah jalur menuju tempat perkemahan. Jalur ini diawali dengan melewati aliran sungai kecil, kemudian dilanjutkan dengan kebun jeruk nipis penduduk. Dari awal pendakian sampai puncak, gunung ini terbilang vertikal tanpa bonus, sangat cocok dijuluki “kecil-kecil cabe rawit”. Kondisi fisik jalur pendakian dimulai dengan tanjakan tanah liat diselingi tanjakan berbatu, keseluruhannya sangat licin dan merupakan jalur air, sehingga sangat tidak direkomendasikan melakukan pendakian pada musim hujan.
Jalur pendakian gunung ini tidak dilengkapi dengan pos/shelter karena jarak dan waktu tempuh yang cukup singkat, 2 jam jalan normal. Untuk lokasi membangun tenda hanya bisa dilakukan di Puncak Bayangan dan Puncak Manglayang. Jalur yang jelas ini akan berpisah di persimpangan, tren vertikal ke kiri adalah arah menuju Puncak Bayangan dan trend landai ke kanan adalah menuju Puncak Manglayang. Untuk membangun tenda sangat direkomendasikan di Puncak Bayangan, meskipun tempatnya tidak luas hanya berkapasitas 4-5 tenda, namun pemandangannya sangat terbuka, serupa seperti berada di Puncak Cikuray.
Titik air gunung ini hanya ada di sungai kecil saat awal pendakian, selebihnya tidak ditemukan sumber air. Sepanjang jalur hutan tropis tidak begitu lebat menjadi santapan yang cukup melindungi pendaki dari panas matahari. Secara personal saya merekomendasikan pendakian pada malam hari, selain tidak panas kita juga dimudahkan dengan tidak melihat langsung terjalnya jalur pendakian.
Turun dari gunung ini juga tidak bisa dibilang mudah, jalur yang kecil dan licin sangat memperlambat mobilitas. Satu hal yang penting dari gunung ini adalah ketika malam hari yang cerah, karena tidak begitu tinggi lampu-lampu kota Bandung terlihat begitu jelas dari Puncak Bayangan. Sedangkan di Puncak Manglayang tidak dapat melihat apapun selain rimbunnya hutan dan 1 kuburan.
Sedangkan untuk jalur pendakian melalui Batu Kuda bisa ditempuh dalam jarak 1,5 jam. Pendakian dilakukan dengan jalan santai dan istirahat sejenak untuk "mengambil napas" dan minum beberapa teguk air.Jalur pendakian melalui Baru Kuda masih lebih bersahabat dibanding jalur pendakian melalui Barubeureum.

Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Manglayang